Pages

Saturday, September 12, 2015

Amalan Yang Paling Dicintai Allah SWT


Dicintai Allah SWT adalah karunia yang amat berharga dan didambakan oleh semua umat. Ada hamba yang terpilih menjadi kekasih-Nya, waktu yang dijadikan-Nya mustajab sehingga doa-doa yang dipanjatkan dikabulkan. Ada pula amalan-amalan khusus yang bisa membuat Dia mencintai siapa pelaku amalan tersebut. Semua itu merupakan bukti bahwa Dia Maha Pencipta dan Maha Kuasa untuk melakukan apa pun yang Dikehendaki-Nya.

Amalan-amalan yang dicintai Allah jumlahnya amat banyak. di antara banyaknya amalan yang dicintai Allah, Ada  3 amalan yang paling dicintai Allah, Diantaranya :

عَنْ أَبِي عَمْرِو الشَّيْبَانِي -وَاسْمُهُ سَعْدُ بْنُ إِيَاس- قَالَ : حَدَّثَنِي صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ -وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ ) t- قَالَ : سَأَلْتُ النَّبِيَّ : أَيُّ العَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ ؟ قَالَ : ((الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا)). قُلْتُ : ثُمَّ أَيٌّ ؟ قَالَ : ((بِرُّ الوَالِدَيْنِ)). قُلْتُ : ثُمَّ أَيٌّ ؟ قال : ((الجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ)). قَالَ : حَدَّثَنِي بِهِنَّ رَسُولُ اللهِ , وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Saya bertanya kepada Nabi, ‘Apakah amal yang paling dicintai oleh Allah?’ (Dalam satu riwayat: yang lebih utama) Beliau bersabda, ‘Shalat pada waktunya’ Saya bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau bersabda, ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Saya bertanya, ‘Kemudian apa lagi’? Beliau bersabda, ‘Jihad (berjuang) di jalan Allah.”‘ Ia berkata, “Beliau menceritakan kepadaku. (Dalam satu riwayat: “Saya berdiam diri dari Rasulullah.”) Seandainya saya meminta tambah, niscaya beliau menambahkannya.” (H.R. Bukhari, hadits Shahih dan terdapat di dalam Shahih Bukhari


1. Shalat tepat waktu

الصلاة عماد الدين، فمن أقامها فقد أقام الدين ومن تركها فقد هدم الدين.

"Shalat adalah tiang agama. Orang yang telah mendirikan shalat, dia telah mendirikan agama, namun bagi siapa saja yang meninggalkan shalat berarti dia telah menghancurkan agama."

Shalat adalah sarana untuk mengingat Allah Ta’ala, Ia juga merupakan waktu ketika seseorang bisa berkomunikasi dengan sang Maha Penciptanya. Maka, shalat disebut sebagai Mi’rajnya orang yang beriman.Shalat sudah ditentukan syariatnya. Tentang bagaimana menjalankannya, keutamaan-keutamaan, sunnah-sunnahnya, termasuk waktu dan aturan-aturan lain yang sifatnya pemberian. Sehingga tidak bisa ditawar lagi.

Maka dalam hal ini, mendirikan shalat tepat waktu menjadi salah satu amalan yang paling dicintai Allah SWT. Dalam amalan ini, ada banyak tafsir yang menjelaskan. Di antaranya adalah bersegera dalam melakukan seruan Allah Ta’ala ketika waktu shalat telah tiba. Bersegera dalam shalat bukanlah perkara yang mudah, sebab ada banyak urusan yang harus dikerjakan oleh seorang hamba. Sehingga, dalam diri setiap hamba akan terjadi tarik-menarik kepentingan antara banyak komponen tersebut.

Saat adzan berkumandang, misalnya, ada yang sedang sibuk dengan dagangannya. Maka dengan mudah, ketika Allah SWT, tidak menjadi prioritasnya. Dia akan berkata kepada dirinya, “Nanti saja, waktu masih panjang.” Sama halnya dengan seorang pendidik, murid, karyawan dan sebagainya. Padahal, andai pemahaman shalat tepat waktu dibawa ke ranah tauhid dan ketetapan ajal, maka konsepnya sama, “Siapa yang menjamin hidup kita sedetik lagi sehingga dengannya kita menunda pelaksanaan shalat, padahal waktunya telah tiba dan tak ada halangan syar’i untuk menunda?”

2. Berbakti kepada orang tua
Surga berada di telapak kaki ibu. Ridha Allah Ta’ala, salah satu kuncinya juga terletak dalam ridha orang tua kita. Siapa yang berbakti kepada orang tua, kesuksesan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat adalah keniscayaan baginya. Sebaliknya, andai durhaka, maka siksa dunia dan azab Neraka telah menunggu dengan nyalanya yang teramat dahsyat.

sebagaimana sangat jelas ditegaskan dalam firman Allah yang berbunyi:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat kamu kembali” (QS.31:15). Juga dapat dilihat dalam surat 4:36
Jelaslah bahwa Birrul Walidain adalah kewajiban setiap anak dalam kerangka ta’at kepada perintah Allah.
Suatu hari ada seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam. Dia bertanya, “Wahai Rasulullah, aku mempunyai harta kekayaan dan anak. Sementara ayahku berkeinginan menguasai harta milikku dalam pembelanjaan. Apakah yang demikian ini benar?” Maka jawab Rasulullah, “Dirimu dan harta kekayaanmu adalah milik orang tuamu.” (Riwayat Ibnu Majah dari Jabir bin Abdillah).

Begitulah, syari’at Islam menetapkan betapa besar hak-hak orang tua atas anaknya. Bukan saja ketika sang anak masih hidup dalam rengkuhan kedua orang tuanya, bahkan ketika ia sudah berkeluarga dan hidup mandiri. Tentu saja hak-hak yang agung tersebut sebanding dengan besarnya jasa dan pengorbanan yang telah mereka berikan. Sehingga tak mengherankan jika perintah berbakti kepada orang tua menempati ranking ke dua setelah perintah beribadah kepada Allah dengan mengesakan-Nya. Allah berfirman, “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada ibu bapakmu.” (An-Nisa:36)

Berbakti kepada orang tua menempati derajat yang agung. Bahkan, perintahnya bergandengan dengan larangan berlaku syirik kepada Allah SWT. Maknanya, berbakti kepada orang tua erat kaitannya dengan kualitas akidah seseorang. Semakin benar iman dan taqwanya, maka ia akan semakn berbakti kepada orang tuanya.

Berbakti kepada orang tua hanya berlaku untuk amal shaleh. Ketika orang tua memerintahkan untuk berlaku buruk, seberapa pun kadarnya, maka seorang anak tidak wajib menuruti, harus menolak dan mengingatkan dengan cara yang baik. Bukankah Nabi Ibrahim tidak berbakti kepada bapaknya dalam hal berbuat syirik (menyekutukan Allah SWT).

3. Jihad di jalan Allah SWT
Jihad merupakan kunci kemenangan Islam. Inilah maqam tertinggi, tiada kemuliaan tanpa jihad. Jihad adalah syariat dari Allah SWT untuk mempertahankan ketinggian Islam. Dalam jihad, ada banyak hal yang harus dikorbankan: waktu, usia, dana, harta bahkan keluarga dan nyawa.
Jihad tidak terbatas pada mengangkat senjata di medan perang. Jihad bisa dilakukan di banyak bidang. Maka ada istilah jihad politik, jihad terhadap nafsu, jihad menghidupi keluarga, jihad konstitusi dan puncaknya adalah mengangkat senjata tatkala agama Allah SWT dinistakan.

Jihad adalah puncak amal. Ia hanya bisa dilakukan oleh mereka yang benar imannya dan tidak mengidap penyakit nifaq atau takut mati. Jihad adalah jalan hidup yang semestinya dipilih oleh mereka yang mengikrarkan Islam dan iman kepada Allah Ta’ala. Jihad dalam sebuah ayat disebutkan sebagai perniagaan yang tak pernah merugi karena menukar diri dengan Surga yang lebih luas dari Langit dan Bumi

Subhanallah semoga kita Bisa menjalankan amalan yang paling dicintai Allah, dan semoga termasuk kedalam golongan orang-orang yang dicintai Allah. Aminn

Dirangkum Dari Berbagai Sumber Oleh Tim Penulis Kamila Muslimah